Latest News

Sunday, February 28, 2021

Himbauan buat para ahli hisap (perokok)

*Himbauan buat para ahli hisap (perokok)*

*Dari pada mengisap rokok mendingan HISAP PAYUDARA*
*1. Payudara wanita yg sering dihisap, keseimbangan sistem kardiovaskular kewanitaannya dpt terjaga* ... Apabila lelaki menghisap Payudara wanita dalam waktu yg lama, maka degupan jantung wanita dpt meningkat hingga 110 detak/menit. Hal ini boleh menjadi latihan bagus bagi kesehatan jantung.

*2. Hisap Payudara wanita juga dpt membuat berat badan wanita lebih stabil, bahkan berkurang.* Hal ini disebabkan, Payudara wanita yg dihisap selama 3 menit dpt membakar lemak sekitar 12 kalori.

*3. Ingin wajah lebih kencang? Kalau begitu jangan ragu utk lebih sering dihisap Payudaranya.* Dgn dihisap Payudara, maka lebih dari 30 otot wajah wanita bergerak, sehingga berguna utk meningkatkan aliran darah di kulit wajah, dan menghaluskan kulit.

*4. Selama ini hisap Payudara wanita dianggap sebagai hal yg kurang sopan/tabu.* Tapi pada kenyataanya hisap Payudara wanita dpt membuat wanita lebih awet muda, merupakan obat alami yg merangsang sistem kekebalan tubuh, hasilnya adalah produksi antibodi yg mampu melindungi dari virus. Proses ini disebut cross-imunoterapi.
*5. Pada saat Payudara wanita dihisap, biasanya nafas wanita jadi lebih cepat.*.Rata2 saat hisap Payudara, wanita akan menghirup dan membuang nafas 60 kali dlm satu menit. Padahal dlm keadaan normal hanya 20 kali tiap satu menit. Menghirup dan membuang nafas lebih sering akan mencegah berbagai gangguan diparu.

*6. Payudara wanita yg dihisap lebih dari 5 menit akan membuat tubuh wanita lebih santai,* dapat menghasilkan rantai kimiawi yg akan menghancurkan berbagai hormon penyebab stress.

*7. Kebiasaan menghisap payudara diwaktu pagi saat bangun tidur selama 3 menit dan dilakukan* rutin tiap pagi akan membantu mencegah timbulnya kanker payudara.

----Dr.Boyke Dian Nugraha SpOG----
Source:
https://www.kaskus.co.id/thread/5d1fda2ff0bdb26cf0528df7/dari-pada-mengisap-rokok-mendingan-hisap-payudara/
https://harilibra.blogspot.com/2019/09/dari-pada-mengisap-rokok-mendingan.html

Saturday, February 27, 2021

5 Saran Dokter Agar Tak 'Tumbang' Usai Vaksinasi COVID-19


 *5 Saran Dokter Agar Tak 'Tumbang' Usai* *Vaksinasi COVID-19*
Beberapa efek samping yang ditemukan sesuai dengan hasil uji klinis yang dilakukan terhadap vaksin Coronavax buatan Sinovac yang dipakai saat ini. Dalam uji klinis, vaksin ini dipastikan aman, efek samping ringan ditemukan pada beberapa subjek uji dan tidak membahayakan.

Berdasarkan pengalaman, para dokter menyampaikan sejumlah saran untuk mengurangi risiko KIPI. Di antaranya:

*1.Jangan begadang*

Dokter jantung dari RS Siloam Karawaci, dr Vito A Damay, SpJP(K) menjelaskan, kurang tidur menyebabkan gangguan pada bioritme tubuh. Pelepasan 'hormon stres' kortisol meningkat, menyebabkan tekanan darah cenderung meningkat dan tubuh terasa lemas.

"Nah efek lemas dan lelah yang dialami setelah begadang itu dirasakan sebagai 'drop', 'kurang fit' dan diasumsikan sebagian orang karena tekanan darah turun," jelas dr Vito, meluruskan mitos 'tensi drop' akibat kurang tidur.

Selain menyebabkan tubuh terasa lemas, kurang tidur juga menyebabkan seseorang mudah jatuh sakit. Apabila saat vaksinasi kondisinya drop, misalnya demam, dampaknya malah tidak jadi vaksin atau ditunda.

*2.Pastikan sudah sarapan*

Menurut dr Nadia, salah satu penyebab munculnya keluhan pada beberapa awak media yang menjalani vaksinasi COVID-19 adalah tidak sempat sarapan atau makan siang. Di kalangan wartawan, deadline yang ketat dan ritme yang serba cepat terkadang memang mengganggu pola makan.

_"Kami menghimbau tentunya awak media yang akan mendapat vaksinasi besok hari untuk istirahat yang cukup dan melakukan sarapan sebelum mendatangi lokasi vaksinasi," pesan dr Nadia._

 *3.Hindari kopi*

Selain harus sudah sarapan atau makan siang, disarankan juga untuk tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang merangsang merangsang lambung. Sensitivitas tiap orang bisa berbeda-beda, ada yang tidak tahan pedas maupun asam, sehingga pantangannya berbeda-beda.

Bukan apa-apa, berbagai keluhan terkait pencernaan seperti diare dan perut mulas sangat sering dipicu oleh salah makan. Demikian juga asupan kafein, sering memicu berbagai keluhan pada individu yang sensitif. Kafein juga bisa mempengaruhi tekanan darah dan bisa saja membatalkan vaksinasi dalam proses screening.

_"Hal seperti ini tidak ditulis di aturan vaksinasi karena menurut saya sangat individual. Namun anda bisa bayangkan kalau hal yang terkesan sepele dan bukan teknis malah membuat anda tidak jadi mendapatkan vaksinasi , sangat disayangkan," pesan dr Vito._

*4.Rileks!*

Ketua Komnas KIPI, Prof Hingky, menyebut 64 persen KIPI yang dilaporkan termasuk dalam kategori immunization stress related respons. Keluhan yang muncul tidak berhubungan dengan kandungan vaksin, melainkan karena cemas selama mengikuti proses vaksinasi.

Menurut dr Vito, terlalu bersemangat atau sebaliknya terlalu takut bisa saja mempengaruhi respons tubuh terhadap vaksin. Sebaiknya hal ini diatasi agar tidak menggagalkan vaksinasi.

_"Kalau dipikir-pikir hampir semua orang dewasa pastinya dulu pernah menjalani vaksinasi saat masih balita. Jadi harusnya ya biasa saja," kata dr Vito._

*5.Sempatkan check up*

Dalam screening, pemeriksaan secara langsung umumnya hanya sebatas cek tensi atau tekanan darah. Selebihnya, penerima vaksin hanya menjalani wawancara atau mengisi formulir yang menanyakan apakah mereka punya riwayat atau kondisi kesehatan tertentu.

Masalahnya, tidak semua orang tahu persis kondisi atau riwayat kesehatannya. Sebagai contoh, beberapa penerima vaksin COVID-19 mengalami reaksi alergi karena tidak pernah periksa sebelumnya sehingga tidak menyadari dirinya punya risiko.

Demikian juga, banyak tenaga kesehatan usia muda yang baru mengetahui dirinya punya hipertensi saat menjalani screening sebelum vaksinasi COVID-19. Karenanya, dr Vito menyarankan untuk medical check up jika memang ada waktu dan fasilitas.

_"Memeriksakan diri untuk medical check up umum ada baiknya, misalnya Anda jadi tahu bahwa Anda darah tinggi, atau punya kondisi medis lain yang mungkin membuat Anda tidak bisa divaksinasi atau Anda salah mengerti dalam mengisi formulir screening kesehatan menjelang vaksinasi. Hal tersebut memudahkan dan menghemat waktu saat di pos vaksinasi jika Anda sudah tahu kondisi Anda sebelumnya," pesan dr Vito._
Source : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5473878/5-saran-dokter-agar-tak-tumbang-usai-vaksinasi-covid-19?single
=====
Hoaks e ning kene kiih 👇👇👇
Hoax! Kemenkes Bantah Puluhan Wartawan Terkapar Setelah Vaksinasi COVID-19
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5473657/hoax-kemenkes-bantah-puluhan-wartawan-terkapar-setelah-vaksinasi-covid-19

INDONESIA PALING TAKSOPAN DALAM BERKOMUNIKASI DI DUNIA MAYA SE- ASIA TENGGARA 2020

 

🌾     
*INDONESIA PALING TAKSOPAN DALAM  BERKOMUNIKASI *
*DI DUNIA MAYA SE- ASIA TENGGARA 2020*
*Microsoft sudah merilis hasil survainya mengenai tingkat  ketaksopanan pengguna internet di dunia ini untuk tahun 2020.* 

Penilaian Microsoft  memakai suatu angka skor. Makin tinggi skor suatu negara, makin taksopanlah warga net negara itu. 

Untuk kawasan Asean, pengguna internet di  Indonesia menduduki posisi sebagai yang paling taksopan berkomunikasi di dunia maya (internet). Indonesia mendapat skor 76 sebagai yang paling taksopan. Negara di Asean yang paling sopan berinternet adalah Singapore dengan skor 59. 

*Selengkapnya,  peringkat ketaksopanan warga net di Asia Tenggara, (dimulai dari atas, dari yang paling taksopan) adalah sebagai berikut*: 
1. Indonesia, 76
2. Thailand, 69
3. Philipina, 66
4. Malaysia, 63
5. Singapore, 59

Ada apa yang terjadi di kalangan warga net  Indonesia yang menjadi juara taksopan se Asia Tenggara tahun 2020? Malukah kita dengan predikat paling taksopan itu?

Kelakuan warga net Indonesia ini, tidak menggambarkan karakter bangsa Indonesia di dunia nyata. Dari sejak  zaman dulu bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang ramah, penuh sopan santun. 

Untuk memperbaiki kinerja kesopanan berinternet,  Mocrosoft juga memberi tip / saran  berinternet yang baik dan benar. Menurut Microsoft, untuk hidup nyaman dalam  berkomunikasi di dunia maya, *warga net diharapkan dapat berpegang pada 4 prinsip saat berkomunikasi secara online,yaitu:*

1. Live the Golden Rules:
Bertindaklah dengan empati, kasih sayang, dan kebaikan hati  dalam setiap interaksi; dan perlakukanlah orang lain dengan cara yang  bermartabat dan terhormat.

2. Respect differences:
Hargailah perbedaan budaya dan hormati perbedaan cara pandang. Bila ada yang tak sepakat,  ajaklah dengan cara bijaksana dan hindari menyebut nama dan serangan pribadi.

3. Pause before replying:
Jedalah sejenak dan berpikirlah sebelum menanggapi hal-hal yang tak  disepakati. Jangan mem-posting atau mengirim apapun yang mungkin dapat menyakiti orang lain, merusak reputasi atau mengancam keselamatan siapapun, termasuk diri sendiri. 

4. Stand up for myself and others:
Beritahu kepada siapapun jika Anda merasa tak aman; tawarkan dukungan kepada orang-orang yang jadi target kedzoliman atau  kekejaman secara online; laporkan kegiatan yang mengancam keselamatan siapapun, dan simpanlah bukti ketidakpantasan atau kelakuan yang tak aman tersebut.

Horas. 
Pmlg 27.02.2021.
MT Shtg
Source: https://www.kompas.com/sains/read/2021/02/26/194500523/netizen-indonesia-paling-tidak-sopan-se-asia-tenggara-pengamat-sebut-ada-3?page=all

Friday, February 26, 2021

MASALAH KESEHATAN

 

MASALAH KESEHATAN (1)

Dr. Paulus Adrian

Kadipiro, Yogyakarta
https://nasihat.iniok.com/2021/02/masalah-kesehatan-1-dr.html
Daerah perumahan Bayeman Permai Jalan Wates KM 3 siang itu cukup lengang. Maklum jam kerja, mungkin para penghuninya sedang beraktivitas di luar. Di teras yang menjadi ruang tunggu itu hanya ada aku, kawanku Mahmud –orang yang mengantarku, dan seorang bapak pengidap vertigo dari Kulonprogo.

Kami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh –berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit dalam yang sudah sangat berpengalaman. Jam sembilan pagi aku dan Mahmud berangkat dari Krapyak, dengan kondisi perut yang masih tak karuan. Sesampainya di depan rumah Dokter Paulus Adrian itu, aku muntah walau memang tak banyak. Hanya muntah basa-basi karena perut mual disiksa belasan polisi tidur di perjalanan tadi.

Sambil duduk menunggu, kuatur napas untuk mengontrol sensasi mules dan cemas yang muncul tiba-tiba. Rasa ingin buang air, sedikit mual, cemas, dan semacamnya adalah hal yang biasa kualami saat asam lambung naik. Persis seperti orang yang lagi stress atau grogi parah.

Pintu terbuka, bapak pengidap vertigo keluar sambil membawa bingkisan obatnya. Aku pun masuk. "Silakan duduk," sambut Pak Paulus. Aku duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien.

"Apa yang dirasakan, Mas?"

Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni.

"Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak," ungkapku, "Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi."

"Tapi buat puasa kuat ya?"

"Kuat, Pak."


"Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!"

Aku terbengong, menunggu penjelasan.

"Asam lambung itu," terang Pak Paulus, "Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa."

"Maksudnya, Pak?"

"Orang puasa 'kan malamnya wajib niat to?"

"Njih, Pak."

"Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, 'kan?"

"Iya, ya, Pak," aku manggut-manggut nyengir.

"Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat."

Aku melongo lagi.

"Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha," ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda usia.

NASIHAT.IniOK.com

https://nasihat.iniok.com/2021/02/masalah-kesehatan-1-dr.html


MASALAH KESEHATAN (2)
Dr. Paulus Adrian
Kadipiro, Yogyakarta

https://nasihat.iniok.com/2021/02/masalah-kesehatan-1-dr.html


Kemudian ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau.

"Coba baca, Mas: 'mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang'. Jadi kalau situ memikirkan; 'ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik', apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa," papar Pak Paulus.

"Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?"

"Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatlah sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya."

"Ooo, gitu ya Pak," sahutku baru menyadari.

"Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubuh kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga."

Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang 'enzim kebahagiaan' endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir.

"Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?"

"Iya, Pak."

"Itu salah kaprah."

"Maksudnya?"

"Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa."

"Haah?"

"Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas."

"Tapi 'kan pasien harus bedrest, Pak?"

"Ya 'kan bisa di rumah."

"Tapi kalau nggak pakai infus 'kan lemes terus Pak?"

"Nah situ nggak yakin sih.

Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas."

Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita.

"Dulu," lanjut Pak Paulus,

"Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di Sardjito.
Nggak lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat tangan.

Dia divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan."

"Lalu, Pak?" tanyaku antusias.

"Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau apa.
Dia cuma nanya; 'Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bulan.

Kira-kira bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?'

Saya heran saat itu, saya tanya kenapa.

Dia bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen 'menangi' momen itu."

"Waah.. Lalu, Pak?"

"Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen,
tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun.
Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi.
Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati.
Kapanpun mati, siap!
Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup."

Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu.
Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun.
O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanan sudah tak kurasakan lagi.

"Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan.
Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap.
Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy.
Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya.

Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!"

"Orangnya masih hidup, Pak?"

"Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu."

"Wah, wah, wah.."

https://nasihat.iniok.com/2021/02/masalah-kesehatan-1-dr.html

=========================


MASALAH KESEHATAN (3)
Dr. Paulus Adrian
Kadipiro, Yogyakarta

"Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu."

"Lhoh, njenengan pernah Pak?"

"Iya.
Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring.

Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung.

Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri.
Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang.
Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan."

Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini.

Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu drastis.

Persis ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan.

Semangat menjadi kembali segar!

"Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha.
Saya juga punya kenalan dokter," lanjutnya,
"Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, Amerika.

Di sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati kapanpun.

Hingga suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika.
Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika.
Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika Tengah.

Kawannya itu nggak bisa jawab.
Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker.
Nah dia pun kaget, tambah penasaran."

Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga, "Lanjut, Pak," benakku.

"Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah.
Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi.

Apa yang dia temukan?
Orang-orang di sana makannya sangat sehat.
Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak kita.

Sepiring porsi makan itu tiga perempatnya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa tumbuhan.

Jadi ya betul-betul sehat.
Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah kita.

Bahkan beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan.
Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan."

Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali.

"Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan.

Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu."

"Hasilnya, Pak?"

"Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee.

Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami.
Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,"

"Sembuh, Pak?"

"Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang.
Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa.

Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh.

Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut.."

Takjub, tentu saja.

Pada momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang pesimis.

Aku jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat ini.

Singkatnya, santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah benjolannya.

Ia divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan.

Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat itu.
Namun pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan itu.

Ia pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya itu.

Kemudian oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi (diberi rekomendasi amalan)
Riyadhoh Qur'an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban primer.

Riyadhoh pun dimulai.
Ia lalui hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa henti.

Persis di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang.

Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai selimut.

Hari ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu bau.

Bacin, mirip bangkai tikus, kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah hilang.

Selepas rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis mati.

Pihak rumah sakit pun heran.
Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!

Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi fisik.

Khususnya energi penyembuhan bagi mereka yang sakit.

Memang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus.

"Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan pernapasan.

Situ tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum Maghrib.

Itu sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tuuh detik.
Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja."

Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama.

Meskipun dengan tata laksana yang sedikit berbeda.

Terutama untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode empat-tujuh-delapan.

Ketika merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai hal.

Maka pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan.
Tak perlu obat, bius, atau sejenisnya, murah meriah.

Pertama, tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima kali.

Memang iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menjadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap.
Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun.

"Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita," terangnya,


"Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe."

Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini.

"Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam.

Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang terjadi pada waktu Isya atau Shubuh.
Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat 'naik' dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang.
Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ."

Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala.
Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang 'enzim panjang umur'.

"Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah unuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur.
Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang.
Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit.
Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali."

Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri.

"Puasa?"

"Ya!"

"Senin-Kamis?"

"Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal.

Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit."

Lagi-lagi, aku manggut-manggut.

Tak asing dengan teori ini.

"Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri.

Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat, nggak usahlah.
Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan.

Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan.

Penyakit apapun itu!
Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya.

Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu."

Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh.

"Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga.

Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain.

Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!"

Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disanguni berbagai macam jenis obat pun keliru.

Hanya dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada kaitannya dengan asam lambung apalagi GERD.

Hampir satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja rasanya.

Padahal saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu.

"Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya," ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak pamit.

Dan jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan saudara-saudaranya.
Terima kasih Pak Paulus. (source: gov3.blogspot com)


https://nasihat.iniok.com/2021/02/masalah-kesehatan-1-dr.html

Joni, Joni please don’t Cry ?

 
https://nasihat.iniok.com/2021/02/joni-joni-please-dont-cry.html
*Joni, Joni please don’t Cry ?*
Pernah mendengar lagu:
Joni, Joni please don't Cry?
https://youtu.be/I0fle64w2IU. 
*Barangkali kita menyangka Joni disini adalah seorang pria*.
Joni adalah *seorang wanita*,
ia lahir tgl. *15 Oktober 1949*.
>> Ia merupakan seorang penyiar radio,
>> penyanyi,
>> pelukis,
>> penulis lebih dari 40 buku
>> pendiri yayasan "Joni & friends" yg banyak membantu para kaum cacat untuk kembali semangat & bangkit menjadi manusia yg utuh yg bisa berkontribusi bagi banyak orang.
Joni lahir di Baltimore,
*Maryland, Amerika,*
>> ia tumbuh sebagai seorang gadis remaja yg luar biasa.
>> Ia menikmati masa remajanya dengan menaiki kuda,
>> mendaki gunung,
>> bermain tennis
>> berenang.
Tgl. 30 July 1967.
*Ia terjun di Cheasepeake Bay untuk berenang.*
>> Namun ia tdk menduga airnya saat itu sdg dangkal.
>> Ia menghantam dasar pantai yg terdiri dari batu2 keras.
>> Ia menderita patah tulang punggung yg menyebabkan kelumpuhan total dari bahu kebawah.
*Selama 2 th di rehabilitasi,*
>> ia sangat marah,
>> depresi
>> mau bunuh diri.
*Pada akhirnya ia menemukan jalan terang Tuhan*
>> dengan belajar *melukis menggunakan giginya*.
>> Ia pun mulai menjual lukisannya.
>> Dan singkat cerita ia menjadi orang yang sangat terkenal.
*Ia mengucapkan kalimat yg sgt dahsyat:*
>> "Always remember: You can't live on yesterday's grace." Joni E Tada.
>> Artinya kita tdk akan dapat hidup dengan mengandalkan Anugrah Tuhan yg kemarin.
>> Karena itu sdh lewat.
>> Kita patut bersyukur bahwa hari ini pun Anugrah Tuhan datang pada kita.
*Sebab itu… dengan Anugrah yg diberikan pada hari ini mari kita berkarya yg sebaik-baiknya.*
>> Sebab kita tdk tahu apakah esok hari Anugrah seperti hari ini akan datang kembali.
Berikut adalah doa Joni yg sangat terkenal, biarlah doa ini menjadi doa kita di hari ini:
>> "God, I don't have the will;
may I borrow Your will.
>> God, I don't have strength;
may I borrow Your strength.
>> God, I don't have resources;
may I borrow Your resources.
>> And grace upon grace upon grace comes to me, and here I am."
>> "Tuhan, saya tdk punya tujuan; bolehkah saya meminjam tujuanMu.
>> Tuhan, saya tdk ada kekuatan; bolehkah saya meminjam kekuatanMu.
>> Tuhan, saya tdk punya sumber daya; bolehkah saya meminjam sumber dayaMu.
>> Dan dari satu anugrah ke satu anugrah yg datang pada saya, dan inilah saya."
Selamat bertugas dan berkarya hari ini.
Tuhan selalu memberikan kekuatan, bimbingan serta perlindungan.

*NASIHAT.IniOK.com*

Email : fellyginting95@gmail.com

Name

Email *

Message *