Latest News

Showing posts with label Manusia Agung. Show all posts
Showing posts with label Manusia Agung. Show all posts

Wednesday, July 29, 2020

Kembali Jadi Manusia Yang Agung

KEBIASAAN BARU YANG BENAR:
KEMBALI MENJADI MANUSIA YANG AGUNG

Jika kebiasaan baru didefinisikan sebagai "Selalu Pake Masker Dimanapun dan Jaga Jarak, Tidak Ada Salaman dan Pelukan", maka itu sebetulnya hanya menambah kebiasaan buruk yang makin menghancurkan peradaban manusia.  Untuk sebuah pandemi yang masih diperdebatkan, keputusan itu memberi dampak kerusakan yang jelas: manusia kehilangan hak asasinya untuk bernafas dengan bebas dan bersosialisasi merajut persaudaraan yang tanpa jarak.  Manusia dibuat menjadi bukan manusia lagi karena tak bisa terlihat ekspresi indah dan agungnya berupa senyum, wajah berbinar, penuh haru, penuh semangat, dan seterusnya.  Manusia dipisahkan satu dan lainnya sehingga kehilangan kesempatan meraih energi konstruktif dan menyehatkan dari hangatnya persaudaraan.  Saya jelas mengkritik keras pengerahan aparat pemerintah untuk memaksakan kebiasaan baru yang destruktif seperti itu.  Terlebih jika ditelusuri dengan rasa sejati, pihak yang mempromosikan ide ini dengan bertopengkan kepedulian pada kemanusiaan - yang ada di balik WHO - adalah manusia-manusia yang jiwanya diliputi kuasa kegelapan.

Jika kita memang mau belajar dari issue pandemi ini lalu menata kehidupan kita dengan membangun kebiasaan baru, semestinya ini yang kita lakukan:

Kebiasaan Pertama: Heninglah, Berbahagialah, Pastikan Imumitas Selalu Maksimal

Bangsa Indonesia punya tradisi agung: hening cipta.  Jalankan itu agar kita tak jadi manusia yang mudah dimanipulasi lewat propaganda media dan akhirnya jadi zombie yang kehilangan jiwa agung.  Hening cipta membuat manusia terhubung dengan realitas Tuhan yang Maha Esa yang menjadi esensi keberadaannya.  Keterhubungan itu memunculkan kasih murni dan memicu kebahagiaan yang muncul dari kedalaman diri.  Dampak lanjutannya, jiwa raga menjadi murni.  Saat jiwa raga murni, kekuatan ilahi menata semua simpul energi dan mengaktivasi secara sempurna semua kelenjar termasuk kelenjar timus yang bertanggung jawab terhadap imunitas dan penyembuhan tubuh.  Dengan cara ini kita tak butuh vaksin dalam bentuk apapun.  Inilah kebiasaan baru yang revolusioner dan konstruktif, membuat manusia benar-benar hidup sesuai jatidiri sebagai mahakarya Tuhan dengan segala keagungannya.

Kebiasaan Kedua: Hiduplah Lebih Selaras dengan Alam, Jangan Rusak Bumi Ini

Issue pandemi ini mestinya menyadarkan kita bahwa kita selama ini hidup tak selaras dengan alam.  Kita terlalu eksploitatif karena serakah dan terjebak ilusi yang mendorong kita mengejar sumber kebahagiaan di luar diri.  Kita merusak keserimbangan ekologis.  Maka peradaban kta sebetulnya sangat ringkih, karena sewaktu-waktu bisa kolaps jika bumi bergerak melakukan penyelarasan dan penyeimbangan lewat bencana alam ataupun pandemi.   Maka sewajarnya yang dikembangkan adalah pola baru  berkehidupan yang lebih menghargai Ibu Bumi.  Pembangunan, industrialisasi, mesti dijalankan atas dasar hikmat kebijaksanaan, dengan mempertimbangkan betul mekanisme pelestarian lingkungan hidup.

Indonesia akan jaya, gemah ripah, jika memilih kebiasaan baru yang konstruktif bukan destruktif: yang menghargai keagungan manusia dan menghargai Ibu Bumi yang telah menghidupi.

Penulis: Setyo Hajar Dewantoro, Guru Meditasi
NASIHATCANGGIH.BLOGSPOT.COM

Email : fellyginting95@gmail.com

Name

Email *

Message *