Latest News

Wednesday, September 19, 2018

E M P A T I



E M P A T I

Seorang kontraktor pengerukan sungai Ciliwung bercerita kepada saya. Waktu Jokowi sebagai Gubernur DKI. Dia pernah diajak blusukan oleh Jokowi ke pemukiman kumuh di bantaran kali. Ketika itu Jokowi masuk ke salah satu rumah penduduk karena kebetulan dipaksa oleh pemilik rumah untuk mampir. Alasannya, orangtuanya yang lagi sakit ingin bersalaman dengan Jokowi. Karena ukuran rumahnya sangat kecil, hanya muat empat orang, maka yang masuk ke dalam rumah itu hanya Jokowi, ajudan, dan ltermasuk teman itu. Yang lain menunggu di luar. 
Di rumah itu tidak ada kursi tamu. Para tamu hanya duduk di lantai beralaskan tikar lusuh.

Pemilik rumah menyuguhkan minuman. Ketika teman itu hendak minum, dia mencium bau sabun pada gelas itu. Dia batal minum. Dia tahu bahwa gelas itu tidak bersih. Dia perhatikan gelas yang lain juga sama karena tampak membayang kesan kotor. Benarlah, para ajudan juga melakukan hal yang sama dengan teman ini, tidak jadi minum. Namun Jokowi dengan tersenyum sambil berbicara dengan pemilik rumah, menghabiskan minuman itu. Tidak ada kesan di wajah Jokowi ragu meminum air itu.

Yang membuat saya terkejut, lanjut teman itu, adalah sikap Jokowi ketika saya tanya, “Apakah Bapak merasakan aroma sabun pada gelas itu?" Dengan tersenyum Jokowi berkata, "Air dengan gelas beraroma sabun adalah inspirasi saya untuk berbuat karena cinta. Pemimpin tidak akan merasakan ini kalau dia hanya berada di kantor atau di istana. Selanjutnya Jokowi mengatakan bahwa ketika dia merasakan aroma sabun pada gelas itu, hatinya menjerit karena inilah yang dirasakan oleh sebagian besar rakyatnya setiap hari, yaitu kelangkaan air bersih. Air adalah esensi kehidupan dan negara gagal menjaga yang esensi itu.  

Mereka yang tinggal di daerah kumuh menghadapi masalah kesehatan, pendidikan, perumahan, kesempatan berusaha, lingkungan, dan lain sebagainya. Kehidupan mereka sudah ada sejak negeri ini belum merdeka.  Mengapa? Karena selama ini negara tidak hadir di tengah-tengah mereka. Negara terlalu jauh untuk dijangkau dan menjangkau. Akibatnya keadilan sosial semakin jauh dan jauh. Sebagai orang yang lahir dari keluarga miskin, saya dapat merasakan suasana hati Jokowi melihat kegetiran di hadapannya. Itu lantaran Jokowi juga lahir dari keluarga miskin. Mungkin Anda atau siapapun yang kini hidup lapang pernah merasakan kegetiran hidup dalam kemiskinan seperti itu, akan merasakan hal yang sama. 

Menanamkan empati terhadap keadaan lingkungan yang terbatas akan akses sosial, tidak mudah. Kalau Anda tidak pernah merasakan getirnya hidup di pinggir kali, tidak pernah merasakan getir diusir karena tidak mampu bayar kontrakan, tidak pernah merasakan getir karena ketiadaan uang bayar uang sekolah anak, Anda tidak akan merasa kekuatan empati dalam diri anda. Menurut saya, sulit bagi orang seperti Prabowo yang sedari kecil lahir dari keluarga bangsawan dan menikah dengan keluarga Presiden akan merasakan kegetiran itu. Sulit bagi Sandi yang hidup dimanja oleh keluarga William yang konglomerat untuk merasakan kegetiran itu. Mungkin mereka peduli kepada orang miskin, tapi untuk menjadi petarung bagi kaum miskin sangat sulit. Karena di dalam GEN mereka tidak ada memori kegetiran. Jadi empatinya terbatas.

Makanya ketika Jokowi mencalonkan diri sebagai Presiden, saya terpanggil mendukungnya karena tanggung-jawab moral agar lahir pemimpin dari kaum bawah, yang akrab lahir batin dengan kemiskinan, sehingga dia akan jadi pembela orang miskin. Negeri kita kaya, tetapi kita miskin pemimpin yang punya empati bagi si miskin. Kebanyakan hanya sebatas retorika, namun tidak bisa lari dari fakta yang kemaruk harta dan lupa kepada si miskin ketika berkuasa. Kalau Tuhan memberi rahmat kepada suatu kaum, maka dipilihlah pemimpin yang lahir dari kaum duafa dan dia akan selalu dijaga Tuhan untuk melaksanakan keadilan Tuhan bagi si miskin. Saya percaya itu, makanya saya  membela Jokowi untuk kebaikan agar Indonesia lebih baik.

No comments:

Post a Comment

Email : fellyginting95@gmail.com

Name

Email *

Message *