Latest News

Showing posts with label Cegah Covid-19. Show all posts
Showing posts with label Cegah Covid-19. Show all posts

Tuesday, June 23, 2020

Orang Tanpa Gejala Covod-19


*OTG*
*(ORANG TANPA GEJALA)*
----------------------

*SIAPA ITU  OTG?*

▪bisa saya
▪bisa juga kamu
▪bisa keluarga kita
▪bisa teman kita
▪bisa teman main bola kita
▪bisa teman main basket kita
▪bisa teman olahraga kita
▪bisa teman ibadah kita
▪bisa juga orang yang baru kamu temuin semalem atau tadi pagi,
▪bisa juga orang yang akan kamu temui nanti siang atau sore.
▪orang ini bisa kamu kenal,
▪bisa juga engga

👇👇👇👇
*DIMANA DIA SEKARANG ?*

♡bisa dimana-mana
♡bisa dimall,
♡bisa di kafe,
♡bisa ditempat ibadah,
♡bisa di kampus,
♡bisa dikereta,
♡bisa di bus, ♡diangkot,
 ♡dipasar
♡bisa dimana-mana

👇👇👇👇
*KENAPA OTG BERBAHAYA ?*

*▪Karena dia bawa virus!*

*▪tiap orang punya sistem imun*
▪beda-beda
▪bisa jadi dia kuat,
▪sementara orang dirumah kamu ga kuat.

*HINDARI OTG JANGAN AMBIL RESIKO !!*

👇👇👇👇
*Bagaimana hindarin nya,*
*kan kita ga tau siapa OTG?*
Anggap semua orang adalah OTG, termasuk diri kita

👇👇👇👇
*CARANYA*
Diem dirumah! Ga ada tuh New Normal,
*▪olahraga bareng,*
▪kumpul bareng,
▪kondisi masih BAHAYA

👇👇👇👇
BOSEN DI RUMAH ?

Eh, itu banyak yang udah kena, diisolasi di RS,
kangen sama rumah dan keluarganya.

Rajin-Rajin bersyukur dan bersabar lah.

● Jangan gara-gara ada status New Normal kita kaya orang kesurupan, langsung ngacir kemana-mana.
● Jangan sia-siakan pengorbanan 3 bulan kita.

● Inget, orang yang akan kita temui mungkin saja OTG.

●Kalo terpaksa harus keluar rumah, inget ya harus,

■ Jaga jarak ke siapapun diluar, ga ada tuh foto2 deket2an, apalagi dishare fotonya disosmed.🤭

■ Pakai masker, karena masker melindungi kita dan orang lain

■ Sering-sering Cuci tangan, bawa hand sanitizer

■ Sampe rumah alas kaki tinggal diluar,

■ Jangan sentuh apa-apa dulu dan langsung mandi.

Covid tidak sesederhana soal sakit atau sehat
jika yang kena virus langsung sakit mungkin urusannya ga serumit ini.
yang sakit tinggal kerumah sakit yang sehat bisa beraktifitas biasa.

@problemnya
@ ada yang sudah kena virus masih berkeliaran, ada dimana-mana yang kita gak tau, mungkin orang itu yang mau ketemu sama kamu nanti,
@ atau orang yang kamu temui tadi malem.

Friday, April 3, 2020

Jepang Normal,Sedang Dunia Lain "mati"


*Mengapa Jepang tetap normal ketika seluruh dunia seakan “mati”*

Berikut di bawah ini adalah rangkuman pengalaman seorang India yang sedang belajar di Jepang.

Jepang adalah negara pertama yang terkena dampak Covid-19 pada bulan Januari melalui kapal mewah Princess Diamond.  Namun, di Jepang semuanya berjalan normal sampai hari ini. Masyarakat pergi ke kantor setiap hari. Tidak ada restoran dan mal yang ditutup. Transportasi umum beroperasi secara normal. Semua perbatasan internasional tetap dibuka. Jepang memiliki jumlah manula yang tinggi seperti Italia. Tokyo memiliki jumlah orang asing terbanyak. Orang asing masih diizinkan masuk. Yang dihentikan hanyalah sekolah dan acara publik. Di negara lain, _lockdown_ menjadi jalan keluar untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Tokyo adalah kota paling padat di dunia. Bagaimana cara mengontrolnya? Kehidupan berjalan normal seperti biasanya.

*Mengapa?*

Aturan yang disarankan untuk mencegah penyebaran Covid-19 sudah dipraktikkan oleh orang Jepang sejak kecil.

*1. Orang Jepang memakai masker saat mereka bepergian atau keluar*

Sekitar 60% orang Jepang memakai masker setiap hari pada hari-hari normal. Mereka juga selalu memakai masker ketika merasa tidak enak badan. Kebiasaan ini sangat membantu menghentikan penyebaran virus. Biasanya setiap orang yang menghadapi masyarakat umum seperti resepsionis, petugas pemerintah, dokter, perawat, kepala stasiun, staf kereta api, polisi, petugas kebersihan, dll mengenakan masker setiap hari di tempat kerja.  Selama musim dingin anak-anak mengenakan masker setiap hari sehingga mereka tidak mengganggu orang lain ketika terserang flu. Di setiap rumah di Jepang tersedia masker untuk anak-anak dan orang dewasa.

*2. Orang Jepang menjalani kehidupan berdasarkan prinsip tidak boleh mengganggu orang lain*
Orang Jepang tidak membuang sampah sembarangan.  Kebersihan adalah bagian dari budaya mereka. Mereka diajari bagaimana menjaga bersih dan bagaimana berperilaku di tempat umum sebelum belajar huruf di sekolah.

*3. Orang Jepang tidak berjabat tangan tetapi menundukkan kepala untuk menyapa orang lain*

*4. Mencuci tangan adalah bagian dari budaya Jepang*

Ada sabun dan pembersih tangan (hand sanitizer) di toilet umum, pintu masuk kantor, dan ruang publik lainnya.  Menggunakan pembersih tangan cukup efektif untuk mencegah penyebaran virus.

*5. Di toilet orang-orang selalu mencuci tangan mereka*
Selain itu mereka juga membersihkan dan menyeka area wastafel agar orang berikutnya yang menggunakan wastafel tersebut merasa nyaman. Itu adalah kebiasaan yang dipraktikkan secara otomatis, termasuk di tempat umum.

*6. Orang Jepang membawa tisu basah untuk membersihkan tangan mereka saat mereka keluar*

 *7. Orang Jepang terbiasa menjaga jarak sosial dengan siapa saja*

_Kebiasaan yang ditanamkan sejak kanak-kanak  dan sudah terinternalisasi sebagai bagian dari kepribadian tersebut membentuk budaya yang dipraktikkan secara sempurna setiap hari._

*Hal baik yang patut dipelajari dari Jepang*

Jepang Tetap Normal Yg Lain Geger


Mengapa Jepang tetap normal ketika seluruh dunia seakan “mati”*

Berikut di bawah ini adalah rangkuman pengalaman seorang India yang sedang belajar di Jepang.

Jepang adalah negara pertama yang terkena dampak Covid-19 pada bulan Januari melalui kapal mewah Princess Diamond.  Namun, di Jepang semuanya berjalan normal sampai hari ini. Masyarakat pergi ke kantor setiap hari. Tidak ada restoran dan mal yang ditutup. Transportasi umum beroperasi secara normal. Semua perbatasan internasional tetap dibuka. Jepang memiliki jumlah manula yang tinggi seperti Italia. Tokyo memiliki jumlah orang asing terbanyak. Orang asing masih diizinkan masuk. Yang dihentikan hanyalah sekolah dan acara publik. Di negara lain, _lockdown_ menjadi jalan keluar untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Tokyo adalah kota paling padat di dunia. Bagaimana cara mengontrolnya? Kehidupan berjalan normal seperti biasanya.

*Mengapa?*

Aturan yang disarankan untuk mencegah penyebaran Covid-19 sudah dipraktikkan oleh orang Jepang sejak kecil.

*1. Orang Jepang memakai masker saat mereka bepergian atau keluar*

Sekitar 60% orang Jepang memakai masker setiap hari pada hari-hari normal. Mereka juga selalu memakai masker ketika merasa tidak enak badan. Kebiasaan ini sangat membantu menghentikan penyebaran virus. Biasanya setiap orang yang menghadapi masyarakat umum seperti resepsionis, petugas pemerintah, dokter, perawat, kepala stasiun, staf kereta api, polisi, petugas kebersihan, dll mengenakan masker setiap hari di tempat kerja.  Selama musim dingin anak-anak mengenakan masker setiap hari sehingga mereka tidak mengganggu orang lain ketika terserang flu. Di setiap rumah di Jepang tersedia masker untuk anak-anak dan orang dewasa.

*2. Orang Jepang menjalani kehidupan berdasarkan prinsip tidak boleh mengganggu orang lain*
Orang Jepang tidak membuang sampah sembarangan.  Kebersihan adalah bagian dari budaya mereka. Mereka diajari bagaimana menjaga bersih dan bagaimana berperilaku di tempat umum sebelum belajar huruf di sekolah.

*3. Orang Jepang tidak berjabat tangan tetapi menundukkan kepala untuk menyapa orang lain*

*4. Mencuci tangan adalah bagian dari budaya Jepang*

Ada sabun dan pembersih tangan (hand sanitizer) di toilet umum, pintu masuk kantor, dan ruang publik lainnya.  Menggunakan pembersih tangan cukup efektif untuk mencegah penyebaran virus.

*5. Di toilet orang-orang selalu mencuci tangan mereka*
Selain itu mereka juga membersihkan dan menyeka area wastafel agar orang berikutnya yang menggunakan wastafel tersebut merasa nyaman. Itu adalah kebiasaan yang dipraktikkan secara otomatis, termasuk di tempat umum.

*6. Orang Jepang membawa tisu basah untuk membersihkan tangan mereka saat mereka keluar*

 *7. Orang Jepang terbiasa menjaga jarak sosial dengan siapa saja*

_Kebiasaan yang ditanamkan sejak kanak-kanak  dan sudah terinternalisasi sebagai bagian dari kepribadian tersebut membentuk budaya yang dipraktikkan secara sempurna setiap hari._

*Hal baik yang patut dipelajari dari Jepang*

Thursday, April 2, 2020

Perang Di Dua Front


DIDUKUNG TNI/POLRI JOKOWI PERANG DI DUA FRONT: VIRUS CORONA DAN POLITIKUS BUSUK

Sejak awal saya menulis. Anies Baswedan dan para proxy-nya, Jusuf Kalla dan kelompoknya melakukan maneuver politik di tengah wabah Corona. Jokowi berperang di dua front: memerangi virus Corona, sambil melawan kejahatan lawan politiknya. Untung TNI/Polri berada di belakang Jokowi. Solid.

Perangi Corona

Publik tidak perlu panik. Jokowi pun tetap meminta rakyat mematuhi disiplin social dan physical distancing. (Perhatikan: Trump baru mendorong social distancing kemarin Rabu (01/4/2020) setelah Amerika Serikat menjadi episenter peyebaran virus).

Strategi Jokowi dalam menangani virus Corona di Indonesia menunjukkan angka menarik. Relatif bagus. Catatan Jakarta buruk. Itu karena kebijakan dua-tiga minggu lalu dengan efek kejut dari Anies Baswedan. Dia menciptakan kerumunan dengan menutup transportasi di Jakarta, pada awal masuknya virus Corona Senin (16/3/2020).

Perilaku politis Anies ini menjadikan Jakarta dan Debotabek episenter persebaran Covid-19. Ditamba hoaks informasi yang disebarkan Anies (12/3/2020) tentang potensi 6,000 kasus virus Corona dalam 2 minggu. Senyatanya, kini 794 yang terpapar, 87 tewas, lainnya perawatan dan isolasi.

Secara nasional, jumlah kematian di Indonesia 157 dari 1,677 terinfeksi. Tingkat rasio kematian per 1 juta penduduk 0,6. Ini jauh di bawah China (2), Amerika (14), Italia (218), Spanyol (195), Inggris (35), Prancis (62), Turki, Korea Selatan (3), Swiss (56), Belgia (71), Iran (36). Nyaris setengah dari Brazil (1). Hampir sama dengan rasio Singapura (0,5) per 1 juta penduduk.

Melihat data, pergerakan sebaran virus, serta langkah-langkah kontinjensi Jokowi di bidang sosial dan ekonomi, tidak ada alasan publik untuk panik. Maka teriakan para politikus mendesak Jokowi untuk melakukan lockdown, juga penebaran kepanikan ala dr. Tirta, tidak beralasan.

Namun, Jokowi haru menerapkan Protokol Komunikasi harus tetap positif, tranparan. Agar rakyat tidak panik, namun tetap waspada. Pembenahan pembagian APD (alat pelindung diri) untuk tenaga medis harus benar terjadi.

Kasus 84 tenaga medis terjangkit virus di DKI Jakarta harus menjadi bahan pelajaran. Jokowi harus memastikan mereka terlindungi – agar bisa menangani pasien. Belajar dari Italia dan Spanyol yang mencatat 14% yang tewas adalah tenaga medis.

Politikus Busuk

Politik sebagai suatu kejahatan benar dipraktikkan. Data dan fakta dipelintir sedemikian rupa. Kebijakan Jokowi dalam menangani virus Corona Covid-19 dipikirkan betul. Faktor budaya, tingkat kedisiplinan dan ekonomi rakyat menjadi pertimbangan (baca: di tengah pertimbangan gerakan politik lawan yang akan menjegalnya).

Hidayat Nur Wahid berteriak nyinyir. Soal virus Corona digiring ke isu Ibukota Baru, APBN, Uighur, dan bahkan menyangkut etnis dan SARA. Persis perilaku Trump, yang di tengah virus Corona masih menyerang pemerintahan sebelumnya, Obama. Hidayat membangun kebencian terhadap pemerintahan Jokowi.

Fakta lain. Jokowi didorong melakukan lockdown. Yang berteriak awal Jusuf Kalla dan Anies Baswedan – duo aktor kampanye ayat-mayat Pilgub DKI Jakarta 2017. Jokowi mendapatkan early political warning. Ditambah teriakan anak manja Pepo Agus Yudhoyono. Lengkap. Instink politik Jokowi bekerja: tidak ada lockdown. Tepat.

Kini tambah runyam pula tersebar kabar para koruptor dilepaskan oleh Yasonna Laoly. Juga para penjahat gembong narkoba, juga teroris. Tambah kisruh. Itulah politikus yang keblinger gatel ingin melepaskan para koruptor.

Dukungan Relawan TNI/Polri

Dari sisi media Jokowi berantakan. Harapan satu-satunya masih relawan. Relawan digital Jokowi yang menjadi benteng. Persis seperti ketika perang media antara proxy KPK Agus Rahardjo lawan KPK Firli Bahuri, perang menghancurkan gerakan tagar GejayanMemanggil2, yang akan menggagalkan pelantikan Jokowi.

Misalnya. Relawan digital medsos Jokowi menyerang akun-akun dan sekaligus hape dokter sengkleh politik, dr. Tirta, sampai ke pukulan ke Fahira Idris, Rizal Ramli, SBY, Fadli Zon, dan kroninya.

Tak lupa bongkar-membongkar perang medsos dilakukan untuk meluruskan isu tentang Corona, sekaligus melawan hoaks yang disebar. Perang lanjutan dilakukan menghadapi sindikat media yang digerakkan untuk menebar berita setting-an Anies Baswedan.

Namun, di tengah perang melawan Corona, Kapolri Jenderal Idham Aziz secara cerdas memberikan ancang-ancang. Benteng politik. Instink politik dan intelijen anti teroris Idham Aziz bekerja.

Penyeimbangan informasi ditepis dengan wacana istilah darurat sipil. Spinning informasi ala Idham Aziz yang cerdas. Yang ujungnya mendukung opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jokowi.

Secara politik ini menekankan pemahaman tentang lockdown yang menghilangkan kewenangan Presiden Jokowi. Darurat sipil justru memreteli kewenangan kepala daerah. Pun ini sesuai dengan Undang-undang Darurat.

Jenderal Doni Monardo sebagai kepanjangan TNI pun tegas mengambil komando. Tidak akan ada lockdown. Yang ada adalah sinergi TNI/Polri menegakkan peraturan dan kebijakan Presiden Jokowi: menerapkan Protokol Kesehatan. Dan, membentengi Jokowi secara militer. (Penulis: Ninoy Karundeng).

Thursday, March 26, 2020

Jangan Bebal, Nasihat P Ito Dhogo,SVD Dari Italy ...bagikan agar semua sadar.

Sharing
Cerita P. Ito Dhogo, SVD dari Italia:

... Kami di SVD Roma masih baik2 saja. Memang yang parah itu di Italia Utara. Italia Tengah (termasuk Roma) dan Italia Selatan memang kena juga tetapi tidak separah di Italia Utara. Kami sudah 3 minggu dalam rumah dan masih terus di dalam rumah sampe 3 April nanti. Aktivitas terhenti.

Yah, kesalahan orang Italia di awalnya adalah menganggap remeh virus ini. Memang setiap tahun pasti ada flu waktu perpindahan musim seperti sekarang2 ini tetapi virus flu itu ada vaksinnya. Orang berpikir bahwa virus Corona itu sama dengan virus flu, karena ciri2nya hampir sama. Ternyata salah.

Lalu ditambah lagi, pergerakan orang dari Utara yang tinggalkan Utara maka menyebarlah ke mana-mana. Waktu diminta tinggal dalam rumah, orang belum mau ikut juga, sampai pemerintah tegas katakan yang keluar rumah tanpa alasan untuk kerja yang diperbolehkan pemerintah atau untuk belanja kebutuhan rumah (sesuai izinan) akan ditangkap, didenda 260 Euro atau dipenjara 3 bulan, baru orang sadar...!

Kematian bertambah pula karena banyak kombinasi, tidak 100 % karena virus Corona. Kebanyakan orangtua dan yang punya riwayat sakit. Orang Eropa terutama Italia itu lebih banyak orangtua. Angka kelahiran saja kurang di bawah 1%.

Maka, di saat seperti ini mereka kesulitan. Ditambah lagi perubahan musim yang suhunya tidak tentu, yah...tidak bisa berbuat apa-apa. Tiap tahun juga banyak yang meninggal karena flu. Tapi, kali ini, mereka lebih parah lagi karena kurang waspada dari awal.

Makanya dengan ada di rumah atau jaga jarak, kita juga membantu mereka yang rentan dengan penyakit ini untuk tidak kena. Kami di SVD Roma dilarang untuk menerima tamu dan dilarang keluar. Ikut perintah Pemerintah. Hanya ekonom dan sopir yang keluar sekali seminggu untuk belanja, itu pun pulangnya langsung diberi disinfektan.

Di kamar makan kami jaga jarak dengan jam makan diperpanjang satu jam sehingga orang tidak kumpul di kamar makan. Yah, begitulah cerita kami dari Roma. Pesannya, jangan ulangi kesalahan kami di Italia. Jika Pemerintah minta tinggal di rumah, ikut saja.

Jangan ada alasan macam-macam...cukup Italia yang kena parah.
❤❤❤

Email : fellyginting95@gmail.com

Name

Email *

Message *