Latest News

Friday, August 23, 2019

MEMAAFKAN ITU MENYEMBUHKAN


MEMAAFKAN ITU MENYEMBUHKAN
Oleh Gede Prama

"Orang itu sangat mengecewakan. Dari kecil selama bertahun-tahun dirawat, tidak saja ia lupa pernah diselamatkan, tapi juga sombongnya minta ampun."
Demikian seorang Ibu mengeluh berat beberapa hari sebelum terkena serangan stroke.

Ini cerita tipikal banyak orang tua yang kurang membekali dirinya dengan pengetahuan dan kebijaksanaan. Jangankan kekeliruan yang pernah dilakukan, bahkan kebaikan yang pernah dilakukan pun akan mengejar kemana-mana seperti musuh yang membawa senjata.

Tatkala tubuh tidak lagi kuat menggendong beban seperti rasa bersalah akibat kekeliruan di masa lalu, kekecewaan yang datang dari orang-orang yang pernah ditolong, saat itulah tubuh mulai roboh terkena berbagai penyakit berbahaya seperti stroke.

Dan sebelum itu terjadi, layak direnungkan untuk melonggarkan cengkraman pikiran.
Maka seorang wanita Inggris yang pernah menghabiskan waktu belasan tahun melakukan meditasi seorang diri di lereng Himalaya bercerita, salah satu hasil penting meditasinya adalah cengkraman pikiran yang melonggar.

Sebelum disentuh meditasi, pikiran sangat mencengkram. Mirip dengan keluhan ibu di atas, orang terlihat melakukan kesalahan berbahaya, ia merasa paling benar.
Sebagai akibatnya, tubuh menggendong beban-beban kejiwaan yang sangat berat.

Apa yang dilakukan meditasi sederhana.
Awalnya pikiran mirip dengan air hujan yang deras. Semuanya ditendang.
Setelah disaksikan dengan penuh ketenangan, air hujan yang deras ini kemudian menyatu dengan aliran sungai.
Di puncak meditasi, seseorang keluar dari alur sungai pikiran dan emosi, kemudian hanya berdiri di pinggir sungai bagai seorang saksi.

Transformasi dari air hujan ke air sungai lebih berat. Terutama karena pikiran masih sangat dicengkeram oleh keyakinan diri merasa benar.
Dari sini mulai muncul penghakiman-penghakiman yang menyakitkan.
Dan penghakiman itu lebih melukai yang menghakimi dibandingkan dengan yang dihakimi.

Di titik inilah seseorang memerlukan kekuatan memaafkan. Tidak saja memaafkan orang yang mengecewakan, juga memaafkan kekeliruan-kekeliruan yang pernah dilakukan di masa lalu. Memaafkan serupa air suci (tirtha) yang dipercikkan pada jiwa yang sedang kepanasan di dalam.

Tatkala seseorang memaafkan, bukan berarti ia salah dan orang yang dimaafkan benar.
Sekali lagi bukan. Saat seseorang memaafkan, sesungguhnya ia sedang membawa jiwanya keluar dari rumah jiwa yang sedang terbakar oleh dendam dan marah.

Sebagai akibatnya, tidak saja yang bersangkutan bisa sembuh jiwanya, tapi juga bersama banyak orang serupa ikut menyembuhkan dunia. Dan bukan kebetulan kalau salah satu cahaya terang yang pernah muncul di abad kita adalah Nelson Mandela.
Di balik cahaya terang yang dibawa Mandela adalah kekuatan MEMAAFKAN.

No comments:

Post a Comment

Email : fellyginting95@gmail.com

Name

Email *

Message *