Latest News

Thursday, August 22, 2019

Bagaimana Anda Merespons Undangan Dari Allah


Undangan ALLAH.

Perumpamaan tentang perjamuan kawin, seperti dikisahkan dalam Bacaan Injil hari ini, mengajarkan kepada kita bahwa ALLAH  selalu mengundang siapa saja  untuk bersuka cita  dalam Kerajaan-NYA. Perjamuan kawin merupakan simbol Hati ALLAH yang mau bersuka cita bersama  dengan manusia. Namun, sayangnya manusia yang diundang itu enggan untuk memenuhi undangan-NYA, dengan mengajukan berbagai  dalih belaka :  ada yang sibuk mengurus bisnisnya, ada yang terbenam dalam pekerjaannya, ada yang sedang pesiar bersama keluarga  dan masih ada 1001 alasan yang intinya enggan untuk merayakan perjamuan kawin  yang sekarang  dapat dikatakan simbol perayaan  Ekaristi Kudus. Yang lebih tragis  lagi, karena pada dasarnya tidak senang akan undangan itu, maka si pembawa undangan - yaitu para hamba ALLAH -  ada yang disiksa bahkan dibunuh! Tindakan sangat tercela itu menimbulkan kemarahan pada Sang Raja hingga memerintahkan untuk menghukum  orang-orang jahat itu.

Namun, ALLAH  yang selalu mengharapkan kedatangan kita, tidak menutup hati. DIA  bahkan mengundang  siapa saja tanpa kecuali. “Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi  orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu” (Mat. 22: 8, 9).

Kasih ALLAH tanpa batas, namun manusia yang kurang peka untuk merasakannya. Kita pun saat ini sering tidak menggubris undangan ALLAH  untuk hadir dalam Perjamuan Ekaristi Kudus, atau untuk sekedar  “ngobrol”  bersama DIA dalam Kapel Adorasi.  Rasanya bermain  game  atau chatting  dan bermedsos-ria  jauh lebih menarik dari pada hadir di depan Sakramen Maha Kudus. Kalau pun mengikuti Perayaan Ekaristi pasti tidak lupa pula tetap  membiarkan jarinya menari-nari di atas smart phone. Inilah jenis “orang yang tidak berpakaian pesta”  yang sebenarnya tidak layak untuk menghadiri Perayaan Keselamatan ALLAH.  Bacaan  Injil  hari ini, semoga dapat menyadarkan kita  untuk lebih menghormati dan menghadiri  “Undangan TUHAN” , minimal satu minggu sekali! -   Bagaimana sikap batin kita bila hendak  menghadiri Perayaan Ekaristi?

Agar kita dapat bersikap yang tepat dan benar terhadap undangan TUHAN, marilah kita teladani Bunda Maria, Santa Perawan yang tidak berdosa asal, yang selalu konsisten sikapnya sebagai Hamba ALLAH. Keteladanan Bunda Maria terletak dalam imannya yang senantiasa dinyatakan dalam tindakannya serta penyerahan dirinya secara total kepada ALLAH. Karena itu ALLAH telah memanggil dan memilihnya sebagai seorang Bunda yang mengandung dan melahirkan KRISTUS Sang Penyelamat dunia. Dan Maria tetap konsekuen mengikuti YESUS, Puteranya  ketika DIA menderita sampai wafat-NYA di kayu salib!  Untuk itulah ALLAH menganugerahi karunia yang tidak dimiliki manusia lain, yaitu Maria diangkat ke Surga dengan mulia, baik badan maupun jiwanya. Kita mengimani pula bahwa Bunda Maria yang sangat berkenan pada BAPA, dimahkotai sebagai Ratu  di  Sorga, yang kita rayakan hari ini. Sebagai Ratu Surga, Bunda Maria diberi 12 gelar sebagai Ratu, yaitu Ratu para Malaikat, Ratu para bapa bangsa, Ratu para  nabi, Ratu para Rasul, Ratu para saksi iman, Ratu para pengaku iman, Ratu para perawan, Ratu para orang kudus, Ratu yang dikandung tanpa dosa, Ratu yang diangkat ke Surga, Ratu Rosario yang amat suci dan Ratu pencinta damai.
Dari gelar keratuannya itu, kita patut bangga dan bersyukur karena boleh mengimaninya dan menyebutnya ssbagai Ibu, Mama atau Bunda kita.

Dalam Bacaan Pertama,  dikisahkan bahwa Jefta  adalah seorang panglima Israel yang gagah berani. “ROH TUHAN menghinggapi  Jefta”  (Hak. 11: 29). Itulah sebabnya  berkat perlindungan dan dorongan dari ALLAH sendiri, ia mampu mengalahkan bangsa Amon. Namun ia  berbuat kesalahan fatal, yaitu ia bernazar bila ia berhasil mengalahkan bangsa Amon, maka siapa pun yang datang pertama kali kepadanya lewat pintu rumahnya, akan diserahkan dan dikorbankan sebagai korban bakaran kepada ALLAH.  Tetapi ternyata yang lewat pintu itu adalah anak putri tunggalnya. Maka nazarnya itu atas persetujuan anak putrinya juga, akhirnya dilaksanakan.
Satu pelajaran yang bisa kita petik dari Bacaan Pertama ini :  Kalau kita sudah percaya kepada TUHAN, maka percayakanlah segala tindakan kita kepada-NYA. Kita percaya saja 100 %  kepada TUHAN, tidak perlu diperkuat dengan suatu “nazar”, seolah-olah malahan “ingin menguji  TUHAN”  atau “kurang percaya penuh pada-NYA”.

Ya TUHAN, aku bersyukur telah KAU undang untuk turut bersama-MU menyebarkan benih-benih kebaikan-MU. Anugerahkanlah kemampuan padaku untuk membedakan mana yabg baik, dan mana buruk. Bunda Maria, murnikanlah hatiku. Amin.

RAGI Kamis 22 Agustus 2019  Peringatan Wajib S.P. Maria, Ratu :  Hak. 11: 29-39a;  Mzm. 40: 5, 7-8a, 8b-9, 10;  Mat. 22: 1-14.
AMDG.

No comments:

Post a Comment

Email : fellyginting95@gmail.com

Name

Email *

Message *